Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 21 September 20120 beberapa media cetak maupun online memberitakan telah terjadi banjir bandang di Sukabumi tepatnya di Cicurug dengan merendam kurang lebih 5 Desa. Dilansir dari kumparan.com bahwa sampai tanggal 22 September 2020 pagi dinyatakan 2 orang hilang dan 8 orang mengalami luka-luka, 97 rumah penduduk rusak yang diantaranya 12 Rumah terbawa hanyut serta 85 lainnya terendam.
ARTIKEL DAPAT DIDOWNLOAD DISINI
Ilustrasi Kerusakan Hutan |
Peristiwa ini terjadi diawali dengan hujan yang sangat deras dengan intensitas yang cukup lama di wilayah Sukabumi. Hal ini mengakibatkan Sungai Citarik – Cipeuncit tidak dapat menampung volume air yang cukup banyak sehingga secara cepat sungai tersebut meluap dengan ketinggian kurang lebih 5-6 meter.
Untuk sekian kalinya banjir bandang seperti itu melanda daerah-daerah di Nusantara. Banjir bandang tidak bisa diremehkan atau dilupakan begitu saja. Bayangkan berapa kerugian korban banjir bandang yang harus ditanggung (pastinya tidak sedikit) mulai dari kendaraan bermotor, hewan peliharaan sampai dengan rumah seisinya yang terendam bahkan raib terkena terjangan banjir bandang. Padahal dirumah tersebut menyimpan barang berharga ataupun surat-surat penting lainnya yang telah dikumpulkan selama ini, bahkan nyawa pun menjadi korban tragisnya kejadian ini. Belum lagi kerusakan lainnya seperti rusaknya lahan pertanian, rusaknya jembatan, rusaknya jaringan listrik dan lain sebagainya.
Tentu saja dalam sebuah kejadian ada sebab dan akibat. Hal-hal seperti ini perlu diperhatikan secara cermat dan teliti untuk tahu kondisi masalah yang sebenarnya. Sebab dan akibat ini akan lebih tajam apabila kita tahu akan kondisi real dilapangan, namun apabila mempunyai kendala seperti biaya, keterbatasan waktu dan lain sebagainya bisa disiasati dengan memperbanyak membaca berita ataupun penelitian yang relevan dan pastikan bacaannya kredibel. Kendala seperti ini biasanya dihadapi oleh para mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, tesis ataupun tugas akhir lainnya, apalagi kalau mahasiswa tersebut sedang bekerja, pasti sulit membagi waktunya.
Banjir bandang biasanya membawa material mulai dari tanah, batu, ranting bahkan sampai pohon yang tumbang bisa terbawa arus deras ini. Jika sudah membawa material seperti itu bisa diduga ada sesuatu yang salah dari bagian hulu. Bagian hulu yang dimaksud adalah kawasan gunung/hutan didekat lokasi terdampak banjir bandang. Kawasan hutan apabila tidak dijaga dengan baik maka yang terjadi salah satunya adalah banjir bandang seperti ini.
Pembalakan liar, asal tebang tidak memilih mana yang siap ditebang atau belum, alih fungsi lahan menjadi pertanian ataupun perkebunan, penanaman pohon yang tidak bisa mengikat tanah dengan baik dan lain sebagianya menjadi penyebab banjir bandang terjadi. Bisa juga dilihat bagaimana penyebab banjir bandang yang sering terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, kurang lebih sama dengan yang diutarakan diatas.
Dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung pada saat banjir bandang terjadi banyak sekali misalnya mereka akan sulit mendapat bahan pangan (apalagi jika tidak punya lahan pertanian), krisis air bersih, pencarian surat berharga ataupun pengurusan surat berharga, sampai dengan harus membangun rumah baru sebagai tempat tinggal atau minimal membersihkan rumah karena banyaknya kotoran yang ada.
Tidak hanya sampai disitu saja, dampak jangka panjang karena hutan sudah berkurang dan tidak bisa menampung curah hujan maka kedepan para masyarakat yang terkena dampak akan dihadapkan dengan kesulitan air bersih pada musim kemarau dan menggunakan air yang lumayan kurang layak dikonsumsi apabila musim hujan. Pada saat musim hujan dengan curah tinggi tentu air akan mengalir dengan cepat ke hilir dengan membawa material-material baik lumpur, batu, ranting kayu bahkan sampai log kayu bisa terbawa oleh air. Kondisi seperti ini akan sangat berbahaya bagi masyarakat sekitar jika tidak cepat ditanggulangi.
Belum lagi masalah lain seperti cepatnya pendangkalan sungai, terganggunya ekosistem di hutan ataupun sungai, terganggunya sektor pertanian sekitar. Ongkos yang harus dibayar mahal oleh masyarakat terhadap kelakuan para oknum yang hanya ingin Sumber Daya Alam tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang akan terjadi nantinya. Bukan hanya kerugian secara ekonomi yang harus masyarakat tanggung tetapi juga kerugian ekologi yang nanti akan lambat laun akan semakin rusak. Ingat pepatah “Lebih Baik Mencegah Daripada mengobati”, betul juga pepatah itu karena jika alam tidak punya daya lenting yang bagus maka kita harus siap memperbaiki.
Para oknum pengrusak hutan ini mempunyai banyak cara dalam upayanya menguasai sumber daya alam yang ada. Mulai dari pendekatan persuasif terhadap masyarakat untuk ambil bagian dalam pengrusakan hutan dengan diiming-imingi keuntungan yang besar atau diganti dengan program yang namanya Corporate Social Responsibility (CSR) supaya masyarakat “diam”, kerjasama dengan oknum pejabat pemerintah sampai dengan menggerakkan preman ataupun oknum aparat dengan mengintimidasi siapapun yang menghalang halangi penguasaan sumber daya alam ini. Ujungnya adalah nanti masyarakat sendiri yang menerima akibat dari pengrusakan hutan seperti itu bukan para oknum yang menerima keuntungan demi segepok rupiah ataupun kekuasaan yang diimpikannya. Atau memang keadaan seperti ini normal di Nusantara ini? penilaian seperti ini tergantung cara pandang (point of view) seseorang terhadap suatu masalah, dan cara pandang ini bisa jadi dipengaruhi oleh pergaulan seseorang itu sendiri. Ada pepatah mengatakan “Kalau kamu berteman dengan tukang minyak wangi, maka kamu akan ikut wangi. Kalau kamu berteman dengan pandai besi, maka kamu minimal akan ikut bau sangit dari asapnya”
Ilustrasi Kerusakan Hutan |
Pengelolaan dan pengawasan di kawasan hutan perlu ditingkatkan. Pengelolaan dan pengawasan yang baik dan terarah akan lebih efektif apabila dilakukan oleh pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan misalnya) terkait, namun harus dengan catatan tidak ada kongkalikong dengan pengusaha ataupun okunum yang tidak bertanggung jawab atas kerusakan hutan baik individu ataupun perusahaan. Pemerintah pastilah mempunyai stategi yang jitu untuk membuat kembali normal sebagaimana fungsinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintah mempunyai staff ataupun sumber daya manusia yang unggul didalamnya serta mempunyai power yang penuh terhadap penindakan secara hokum pada oknum yang mengrusak sumber daya alam yang ada. Jika pemerintah lebih sedikit serius maka masyarakat yakin masalah kerusakan hutan lambat laun dapat segera dipecahkan.
Peran masyarakat juga sangat diperlukan, namun masyarakat mempunyai keterbatasan dalam melakukan pengawasan terhadap terjadinya kerusakan-kerusakan yang terjadi. Tidak semua masyarakat peduli ataupun peka terhadap lingkungan di sekitarnya apalagi kalau sudah sampai diintimidasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Namun, perlu juga dilihat bahwa curah hujan yang ekstrim ini dan sampai menghasilkan sungai meluap secara cepat merupakan dampak dari pemanasan global. Pemanasan gobal atau global warming ini memberikan dampak perubahan iklim, dimana iklim disuatu wilayah tidak dapat diprediksi dengan baik. Sebagai contoh di wilayah Indonesia musim hujan terjadi sekitar bulan September – Maret setiap tahunnya, namun karena adanya pemanasan global hujan bisa terjadi di bulan juni ataupun tidak hujan sama sekali pada waktunya musim hujan, dampak lainnya termasuk curah hujan yang tinggi dan ekstrim.
Untuk itu, selain menjaga hutan supaya tidak terjadi kerusakan secara bersama-sama, perlu juga dilakukan upaya-upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Sebagai contoh yaitu merumuskan rencana operasi sebagai panduan kesiapsiagaan ketika terjadi bencana akibat perubahan iklim. Dalam merumuskan tentu saja diperlukan kajian mendalam dalam kurun waktu yang lama, maka dalam jangka waktu dekat masyarakat perlu disosialisasikan terhadap perubahan iklim supaya masyarakat sadar akan resiko bahaya yang dihadapi nantinya.
Semoga tidak terjadi banjir bandang seperti ini lagi, peran serta dari pemerintah dan masyarakat dalam menjaga lingkungan supaya dipererat dan saling dukung antara satu dengan lainnya
No comments: