(Cerita) Pengelolaan Sampah di Stasiun

Neng stasiun balapan.....

Kutho solo sing dadi kenangan......

Koe karo aku, naliko ngeterke lungamu……


Petikan lagu didi kempot sang maestro campursari dari kota solo yang selayaknya jadi “pahlawan” karena telah nguri-uri budaya jawa terdengar nyaring menyambut kedatangan kami yang baru saja turun mak jleg dari kereta di stasiun solo jebres. 

Hampir mendekati subuh, saya, istri dan anak kami tiba di stasiun yang tampak sudah tertata rapi (yang katanya) semenjak pak Ignasius Jonan menjadi Direktur KAI.



“ini kok stasiun jadi bagus gini ya mas?” celetuk istri saya sembari nggendong tas berisi popok 

“lha iya ya, sekarang stasiunnya beda jauh ama yang dulu ya” jawab saya sambil tengok kanan kiri dengan tangan kanan nuntun anak yang baru belajar jalan dan tangan kiri dorong koper

“mas, ayo duduk dulu diruang tunggu sambil nunggu adzan subuh terus sholat”

“yaudah, ayo”


Lebih dari 8 jam kami duduk bersama di kereta bersama cerita ngalor-ngidul mulai dari masalah keluarga sampai dengan masalah receh pun kita bahas. Syukur juga di dalam kereta anak gak rewel minta ini itu, kebayang kan gimana repotnya kalo anak sampai rewel diperjalanan


Sembari duduk diruang tunggu, kami makan cemilan kacang telor dan kwaci yang dibeli di toko oleh-oleh waktu di jakarta yang saat ini mulai menjamur dimana-mana, bukan hanya di toko yang harga sewanya bisa lebih dari 20 juta per tahun saja ada toko oleh-oleh seperti itu, namun di Ibukota dipinggir jalan tanpa atap pun juga ada. 


Cemilan ini membuat mulut tidak bisa berhenti bergerak.. sekali berhenti, rasanya itu gak enak banget.


Ditengah asyik nyemil kacang telor, muncul seorang yang tiba-tiba ngomong dibelakang kami


“maaf pak” kata mas-mas yang kedengarannya halus suaranya


Saya pun kaget. Untung kacang telornya gak sampai ketelen sebelum dikunyah. Setelah saya tengok, ternyata mas-mas petugas kebersihan stasiun yang sudah bertugas dengan perlengkapan kebersihan lengkapnya.


“loh mas, kok pagi-pagi gini sudah bersih-bersih?” kataku sambil nengok kebelakang

“iya pak” jawab singkat mas petugas kebersihan stasiun jebres yang kira-kira umurnya 20 tahunan

“rajin banget mas?” kataku sambil melirik nama di name tag sebelah kanannya

“ya beginilah pak, kita tetap memantau kebersihan di sini, apalagi kalau ada kereta datang dan pergi” jawab mas-mas yang namanya tertulis yanto di name tag-nya 

“apa gak capek mas, kan nanti bisa dikerjain lagi kalau stasiunnya rame penumpang?”


Memang pada waktu itu hanya kami bertiga (selain petugas) yang ada di dalam stasiun, masih sepi. Mungkin nanti ada kereta lagi jam 7 pagi, makanya penumpangnya belum nampak di sekitar stasiun.


“Ya ndak to pak, hehehehehe” jawab yanto dengan logat jawanya

Dalam hatiku udah suudzon (hehehhehehe) “waaah, ini masnya pasti bohong, mosok jam segini udah bersih-bersih kok gak capek, tapi kalau bener gak capek berarti dedikasi dan etos kerjanya perlu di contoh”


“permisi ya pak” kata mas yanto sambil pergi membawa perlengkapannya

“ow ya mas, semangat ya mas… hehehe”


Dilanjutin lagi ngemil kwaci sama istri yang terlihat nggendong anak yang udah pulas ketiduran. Kliatannya memang kecapekan anak kami ini, orang tadi waktu dikereta dianya bentar-bentar bangun (tapi gak rewel)… mungkin belum biasa naik kereta.


“itu tadi setelah sampah dikumpulin diplastik, nanti dibuang kemana mas” Tanya istriku sambil nglirik petugas kebersihan tadi

“ya dibuang ke tempat sampah, TPS-nya dia maksutnya” jawabku singkat

“trus diapain lagi?”

“biasanya kalau perusahaan gede mereka ngelola sampahnya sendiri, mulai dari misahin sampah organik sama anorganik sampai mereka kerja sama masyarakat sekitar buat ngelola sampahnya, karena ada aturan-aturan tertentu yang wajib perusahaan ikuti buat ngelola sampah, gitu”

“masyarakat diajak ngelola sampah? Maksutnya gimana mas?”

“ya maksutku masyarakat diajak kerjasama buat milahin sampah, dipilih mana yang masih bisa dijual mana yang gak” jawabku sambil makan kacang telor

“kalau yang gak bisa dijual dikemanain mas?” Tanya istri yang dari tadi kliatan penasaran banget

“ya nanti dikumpulkan trus dibuang ke TPA…. Nah, buat yang sampah organik terkadang diambil juga sama masyarakat, dipake buat pupuk kompos”

“ow, sekarang aku baru tau mas” kata istri sambil ngangguk-ngangguk

“ow iya tau gak dik, sekarang di kota-kota besar khususnya Jakarta. Mereka udah mengampanyekan buat pelarangan pemakaian plastik lho” tambahku

“loh, iya kah mas?”

“iya, aku juga baru tau waktu jajan di indomaret sama alfamart kemarin, aku kan beli jajan banyak banget itu, terus aku kekasir… eh, mbak-mbaknya bilang… pak, ini nanti tidak pakai plastik ya pak, tapi kami nyediain kantong kain harganya 5 ribu….”

“trus gimana mas” kata istriku sambil ketawa

“yaudah aku bayar aja 5 ribu, masak mau bawa jajan segitu banyak pake tangan… hahaahaha”

“hehhehehehe” tawa istri

“aku masih penasaran mas, kan ada itu konsep 3R… itu gmana ya?”

“itu kan reuse, reduce, recycle” jawabku


Allohu Akbar, Allohu Akbar….

Allohu Akbar, Allohu Akbar…..

Ashadualla illahaillaloh…….


“wah, udah adzan dik… ayo siap-siap sholat…. 3R itu kamu cari di google aja ya…. Hehehehhe” jawabku sambil berdiri untuk siap-siap ke musholla

“hehehehehehe, yaudah mas… ayo sholat dulu” jawab istri sembari ngikuti berdiri





(Cerita) Pengelolaan Sampah di Stasiun (Cerita) Pengelolaan Sampah di Stasiun Reviewed by Deni Perdana on 8:59 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.