Proses pengolahan air limbah
salah satunya yaitu dengan menggunakan proses koagulasi dan floakulasi. Proses
ini dilakukan untuk mengurangi partikel koloid, dimana partikel koloid ini
merupakan penyebab utama kekeruhan dalam air.
Karakteristik PAC yaitu padatan berwarna kuning jernih dengan titik didih 1000 C dan titik beku -120C. PAC mengandung ion garam alumunium yang dibentuk menjadi polimer-polimer yang berasal dari sekelompok ion yang dihubungkan atom oksigen. Polimer ini berbentuk cairan garam alumunium yang sebagian telah dinetralkan melalui reaksi dengan basa. Derajat polimerisasi meningkat seiring dengan besarnya netralisasi. Netralisasi ini mengubah karakteristik cairan.
Zat koagulan ini bersifat sebagai koagulan dan zat alkali serta efektif dalam menghilangkan zat warna. Penggunaan Natrium Aluminat jarang sekali digunakan untuk pengolahan air minum karena daya koagulasinya tidak begitu kuat. Namun, untuk pengolahan air biasanya digunakan bersama dengan alum karena dapat membentuk flok dengan cepat.
Koagulasi adalah proses
destabilisasi koloid dengan penambahan senyawa kimia atau disebut juga zat
koagulan yang diaduk secara cepat. Sedangkan floakulasi adalah proses
penggumpalan (agglomeration) pada pengadukan
lambat dari beberapa koloid yang tidak stabil menjadi gumpalan partikel halus
(mikroflok) kemudian menjadi gumpalan partikel yang lebih besar sehingga
partikel tersebut dapat diendapkan dengan cepat. Treatment ini dilakukan yang salah satu alasannya yaitu partikel
koloid ini sangat sulit sekali mengendap secara normal.
Dalam destabilisasi koloid, untuk
menjadikan koloid menjadi gumpalan partikel yang mengendap secara cepat,
diperlukan senyawa kimia yang diberikan supaya pembentukan flok menjadi lebih
cepat dan stabil yang dinamakan floakulan atau zat pembantu floakulasi (floacculant aid) begitu pula pada proses
kogalusai juga diperlukan penambahan senyawa kimia dinamakan koagulan.
Zat koagulan berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel padat tersuspensi, zat warna, koloid dan lain sebagainya menjadi gumpalan besar (flok). Hal ini supaya pembentukan gumpalan partikel yang besar (flok) dapat mengendap dengan cepat pada bak pengendap, sedangkan untuk zat alkali dan zat pembantu koagulan berfungsi sebagai pengatur pH agar menunjang proses floakulasi serta membantu pembentukan flok dapat berjalan dengan cepat dan baik
Zat koagulan berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel padat tersuspensi, zat warna, koloid dan lain sebagainya menjadi gumpalan besar (flok). Hal ini supaya pembentukan gumpalan partikel yang besar (flok) dapat mengendap dengan cepat pada bak pengendap, sedangkan untuk zat alkali dan zat pembantu koagulan berfungsi sebagai pengatur pH agar menunjang proses floakulasi serta membantu pembentukan flok dapat berjalan dengan cepat dan baik
Untuk merangsang partikel koloid
membentuk suatu gumpalan yang lebih besar memerlukan dua cara yaitu mendestabilisasikan
partikel dan pemindahan partikel. Destabilisasi partikel dapat dicapai melalui
cara penekanan lapisan ganda listrik, penyerapan untuk netralisasi penjeratan
pada presipitasi, dan pembentukan antar partikel (Benefield, 1982)
Proses koagulasi dan floakulasi
akan berhasil tergantung pada beberapa faktor seperti dosis koagulan yang
diberikan, suhu air limbah, pH, alkalinitas. Pemberian diosis juga perlu
disesuaikan dengan karakteristik air limbah yang akan diolah. Maka dari itu,
untuk mengetahui dosis yang sesuai diperlukan pengujian di laboratorium dengan
menggunakan alat yang disebut jartest (Nathanson, 1977)
Pertimbangan pemilihan zat koagulan didasarkan pada jumlah kualitas air yang akan diolah, kekeruhan air baku, metode filtrasi, serta sistem pembuangan lumpur endapan. Berikut beberapa jenis zat koagulan:
Pertimbangan pemilihan zat koagulan didasarkan pada jumlah kualitas air yang akan diolah, kekeruhan air baku, metode filtrasi, serta sistem pembuangan lumpur endapan. Berikut beberapa jenis zat koagulan:
1. Alumunium Sulfat (Alum)
Alumunium Sulfat merupakan koagulan anorganik. Garam
aluminium sulfat apabila ditambahkan ke dalam air dengan mudah akan larut dan
akan bereaksi dengan HCO3- sehingga menghasilkan alumunium hidroksida
yang mempunyai muatan positif. Sedangkan, biasanya partikel-partikel koloid
yang terkandung pada air baku biasanya bermuatan negatif dan sukar sekali
mengendap karena adanya gaya tolak menolak antar partikel.
Dengan ditambahkannya alumunium hidroksida yang
bermuatan positif maka akan terjadi tarik menarik antar partikel yaitu partikel
koloid bermuatan negatif dengan aluminium hidroksida yang bermuatan positif
sehingga memacu terbentuknya gumpalan partikel-partikel yang semakin lama akan
semakin membesar. Selain partikel koloid yang menggumpal dan ikut mengendap
bersama-sam, berbagai jenis partikel yang ikut menggumpal yaitu zat organik,
zat organik tersuspensi, bakteri maupun beberapa organisme. Apabila alkalinitas
air baku tidak cukup untuk dapat bereaksi dengan alum maka dapat ditambahkan
kapur (lime) atau soda abu supaya reaksi dapat berjalan dengan baik.
Alum merupakan bahan yang sangat populer dalam pengolahan limbah karena harganya yang murah dan flok yang dihasilkan stabil serta cara pengerjaannya mudah, selain itu alum sangat efektif untuk air limbah dengan kekeruhan yang tinggi dan sangat baik dipakai bersama-sama dengan zat koagulan pembantu serta tidak menimbulkan pengotoran yang serius pada dinding bak. Alum diproduksi dalam bentuk padatan dan cair.
Penggunaan alum cair sering digunakan dalam zat koagulan karena transportasi dan pengerjaannya relatif mudah. Namun kendalanya apabila dalam kondisi suhu yang rendah dan pada konsentrasi yang tinggi maka akan terjadi pengkristalan Al2O3 yang sehingga mengakibatkan penyumbatan pada sistem perpipaan. Oleh karena itu, konsentrasi Al2O3 perlu diatur yang biasanya 8 – 8,2%.
Alum merupakan bahan yang sangat populer dalam pengolahan limbah karena harganya yang murah dan flok yang dihasilkan stabil serta cara pengerjaannya mudah, selain itu alum sangat efektif untuk air limbah dengan kekeruhan yang tinggi dan sangat baik dipakai bersama-sama dengan zat koagulan pembantu serta tidak menimbulkan pengotoran yang serius pada dinding bak. Alum diproduksi dalam bentuk padatan dan cair.
Penggunaan alum cair sering digunakan dalam zat koagulan karena transportasi dan pengerjaannya relatif mudah. Namun kendalanya apabila dalam kondisi suhu yang rendah dan pada konsentrasi yang tinggi maka akan terjadi pengkristalan Al2O3 yang sehingga mengakibatkan penyumbatan pada sistem perpipaan. Oleh karena itu, konsentrasi Al2O3 perlu diatur yang biasanya 8 – 8,2%.
2. Poly Alumunium Chloride (PAC)
PAC merupakan koagulan anorganik yang mempunyai sifat
(1) tingkat adsorpsi yang kuat, (2) mempunyai kekuatan lekat, (3) pembentukan
flok-flok yang tinggi dengan dosis kecil dan (4) tingkat sedimentasi cepat (Echanpin, 2005). PAC mempunyai
dosis yang bervariasi dan sedikit menurunkan alkalinitas.
PAC merupakan bentuk polimerisasi kondensasi dari garam alumunium dengan bentuk cair. Kelebihan PAC yaitu kecepatan pembentukan flok yang sangat cepat sehingga cepat sekali mengendapnya kurang lebih 3 – 4,5 cm/menit dan pada suhu rendah dapat menghasilkan flok yang baik serta efektif digunakan pada saat kekeruhan yang tinggi, sangat berbeda apabila dibandingkan dengan alum.
PAC merupakan bentuk polimerisasi kondensasi dari garam alumunium dengan bentuk cair. Kelebihan PAC yaitu kecepatan pembentukan flok yang sangat cepat sehingga cepat sekali mengendapnya kurang lebih 3 – 4,5 cm/menit dan pada suhu rendah dapat menghasilkan flok yang baik serta efektif digunakan pada saat kekeruhan yang tinggi, sangat berbeda apabila dibandingkan dengan alum.
Karakteristik PAC yaitu padatan berwarna kuning jernih dengan titik didih 1000 C dan titik beku -120C. PAC mengandung ion garam alumunium yang dibentuk menjadi polimer-polimer yang berasal dari sekelompok ion yang dihubungkan atom oksigen. Polimer ini berbentuk cairan garam alumunium yang sebagian telah dinetralkan melalui reaksi dengan basa. Derajat polimerisasi meningkat seiring dengan besarnya netralisasi. Netralisasi ini mengubah karakteristik cairan.
3. Ferrous Sulfat (Copperas)
Ferrous Sulfat ini biasanya diproduksi dalam bentuk
Kristal berwarna hijau dengan kandungan Fe(SO4) kurang lebih 55%. Bahan
ini biasanya digunakan bersama-sama dengan kapur, hal ini bertujuan untuk menaikkan
pH sehingga ion ferro yang terendapkan dalam bentuk ferri hidroksida. Kondisi
pH yang sesuai yaitu diantara 9 – 11
Ferrous Sulfat ini sangat efektif digunakan untuk
pengolahan air yang mempunyao alkalinitas, kekeruhan dan DO yang tinggi, namun kurang
sesuai untuk menghilangkan warna. Penggunaan Ferrous Sulfat yang disandingkan
dengan kapur secara bersama-sama akan lebih sulit prosesnya dan dapat
memperbesar kesadahan air.
4. Ferri Klorida (FeCl3)
Penggunaan Ferri Klorida memiliki kelebihan yaitu
proses koagulasi dapat dilakukan pada selang pH yang lebih besar (antara 4 –
9). Dengan rentang pH yang sangat besar makan penggunaan koagulan ini lebih
menguntungkan dalam pengolahan air limbah mengingat kondisi pH dalam air limbah
bervariasi, sehingga meminimalkan kegagalan dalam pengolahan di unit koagulasi
dan floakulasi.
Flok yang dihasilkan lebih berat sehingga cepat
mengendap, efektif menghilangkan warna, bau dan rasa. Koagulan ini biasanya
digunakan dalam pengolahan limbah industri khususnya pada industri tekstil.
5. Ammonia Alum (NH4)2(SO4).
Al2(SO4)3. 24 H2O
Zat koagulan ini memiliki kelarutan dalam air yang
lebih lama dan koagulasinya lebih rendah dibandingkan dengan alum. Penggunaan ammonia
alum biasanya digunakan untuk air limbah yag tidak memiliki kekeruhan yang
tinggi dan untuk instalasi yang kecil.
Cara penggunaan ammonia alum dapat dilakukan dengan
menggunakan pot type feeder. Ammonia Alum diletakkan dalam bejana, kemudian air
dilewatkan ke dalam bejana tersebut sehingga sebagian zat akan larut,
selanjutnya larutan yang terjadi diinjeksikan ke air yang akan diolah.
6. Natrium Aluminat
Zat koagulan ini bersifat sebagai koagulan dan zat alkali serta efektif dalam menghilangkan zat warna. Penggunaan Natrium Aluminat jarang sekali digunakan untuk pengolahan air minum karena daya koagulasinya tidak begitu kuat. Namun, untuk pengolahan air biasanya digunakan bersama dengan alum karena dapat membentuk flok dengan cepat.
Cara menentukan Dosis Koagulan
Dalam menentukan dosis koagulan
supaya lebih efektif dan efisien terutama meminimalkan biaya yang dikeluarkan
dalam menggunakan zat koagulan perlu diketahui karakteristik limbah yang akan
diolah seperti tingkat kekeruhan, pH, alkalinitas, temperature operasi,
kandungan besi, mangaan, mikroorganisme dll.
Menurut Davis dan Cornwell (1991)
ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika memilih suatu koagulan,
yaitu (1) Kation bervalensi tiga (trivalen)
merupakan kation yang paling efektif untuk menetralkan muatan listrik koloid,
(2) tidak beracun, (3) tidak larut dalam kisaran pH netral (Koagulan yang
ditambahkan harus terendapkan dari larutan sehingga ion-ion tersebut tidak
tertinggal dalam air)
Dosis yang dibutuhkan dalam menentukan zat koagulan menurut Kamulyan (1996) dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu (1) kualitas air, terutama kekeruhan, pH dan alkalinitas, (2) jumlah dan karakteristik bahan koloid, (3) karakteristik ion dalam air, (4) pengadukan yang diaplikasikan, terutama besar daya dan lama pengadukan
Dosis yang dibutuhkan dalam menentukan zat koagulan menurut Kamulyan (1996) dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu (1) kualitas air, terutama kekeruhan, pH dan alkalinitas, (2) jumlah dan karakteristik bahan koloid, (3) karakteristik ion dalam air, (4) pengadukan yang diaplikasikan, terutama besar daya dan lama pengadukan
Penggunaan dosis koagulan yang
berlebihan ataupun kurang berakibat penurunan efisiensi padatan. Keadaan tersebut
dapat diminimalkan dengan melakukan jartest dan memverifikasi kinerja proses
setelah melakukan perubahan dalam operasi proses koagulasi.
Hasil jartest sebaiknya perlu
diimplementasikan dengan hati-hati kemudian perlu dilakukan optimalisasi
kondisi proses pada jenis koagulan yang digunakan sebelum digunakan untuk
memodifikasi dan control terhadap instalasi pengolahan. Hasil jartest tersebut
juga berguna untuk memprediksi biaya operasi.
Cara Menentukan Zat Koagulan Pembantu
Penggunaan zat koagulan pembantu
terkadang diperlukan untuk medapatkan pembentukan flok secara cepat sehingga
flok dapat mengendap dengan cepat. Penambahan zat koagulan pembantu akan sangat
efektif karena dapat mengurangi dosis bahan koagulan dan menghilangkan bahan organik
yang sering memberi warna pada air, selain itu penghematan biaya operasional
pembelian bahan koagulan juga dapat ditekan.
Kondisi yang dapat memaksa untuk
menggunakan koagulan pembantu salah satunya ketika air baku mempunyai kekeruhan
yang tinggi, sebagai contoh setelah hujan, musim dingin ataupun pada saat
produksi sedang meningkat. Penggunaan koagulan biasa sering kali tidak bisa menghasilkan
flok yang baik, sehingga mengganggu proses selanjutnya dan tentunya output
limbah yang dihasilkan bisa kurang optimal bahkan bisa dibawah baku mutu yang
telah ditetapkan.
Sebagai contoh, zat koagulan tambahan yang digunakan sebagai pengatur pH yaitu menggunakan silika aktif, lempung dan polimer. Dalam kondisi interval optimum diproses koagulasi, Asam alkali dapat digunakan sebagai pengatur pH. Sama halnya dengan lempung, material ini seperti halnya silika aktif dimana mereka mempunyai muatan negatif yang kecil dan menambah berat flok.
Sebagai contoh, zat koagulan tambahan yang digunakan sebagai pengatur pH yaitu menggunakan silika aktif, lempung dan polimer. Dalam kondisi interval optimum diproses koagulasi, Asam alkali dapat digunakan sebagai pengatur pH. Sama halnya dengan lempung, material ini seperti halnya silika aktif dimana mereka mempunyai muatan negatif yang kecil dan menambah berat flok.
Pemilihan zat koagulan pembantu
harus dapat menghasilkan flok yang cepat dan stabil serta tidak berbahaya bagi
bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu penentuan dosis zat koagulan pembantu
dengan pertimbangan pada keadaan normal dosis silika aktif misalnya 1 – 5 ppm
sebagai SiO2 dan untuk natrium alginate antara 0,2 – 2 ppm.
Jenis Bahan Koagulan dan Bahan Pembantu Pada Pengolahan Air Limbah
Reviewed by Deni Perdana
on
8:34 PM
Rating:
Good News and Informaton. kalibrator tekanan portable
ReplyDelete