Berdasarkan temuan penelitian Roe et al. (1997), dampak pengembangan
pariwisata dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu aspek lingkungan, aspek
sosial-budaya, dan aspek ekonomi. Kegiatan ekowisata selain menghasilkan dampak
positif, juga dapat menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan alam, serta
dampak daya tarik wisata terhadap nilai sosial budaya setempat. Jika tidak terkendali,
dampak negatif terhadap lingkungan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan atau
degradasi lingkungan. Degradasi lingkungan termasuk perusakan lanskap,
perusakan komunitas vegetasi, margasatwa, terumbu karang dan munculnya tumpukan
sampah. Dampak negatif lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari rencana
pengelolaan pariwisata yang kurang baik, kurang perhatian pada kapasitas
lingkungan dan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat lokal dan
wisatawan dalam melestarikan lingkungan alam (Anonim, 1995). Konsekuensi
negatif pada aspek fisik, kimia dan biotik termasuk erosi tanah karena
frekuensi kunjungan yang tinggi, perusakan vegetasi karena perubahan lanskap
alam, peningkatan volume sampah, dan polusi suara akibat kendaraan bermotor.
Ada juga konsekuensi negatif dari sosial-ekonomi dan budaya, yang
merupakan terjadinya perilaku meniru oleh masyarakat setempat, sikap
materialistis, meningkatkan penjualan yang tidak teratur, gangguan moral di
masyarakat lokal, penurunan pendapatan, kurangnya minat wisatawan pada desain
artistik tradisional (seperti cinderamata tradisional), penurunan tingkat
magnetisme pariwisata, termasuk atraksi budaya tradisional, menurunnya
kreativitas orang dalam beberapa festival atau perayaan bersejarah dan
keagamaan (Musanef, 1995).
Berbagai dampak positif yang dihasilkan sebagai hasil dari kegiatan ekowisata (Hadinoto, 1996), yaitu
Berbagai dampak positif yang dihasilkan sebagai hasil dari kegiatan ekowisata (Hadinoto, 1996), yaitu
1. Ekowisata dapat memberikan manfaat ekonomi bagi
pemerintah dan masyarakat setempat. Manfaat-manfaat ini dapat diamati melalui pengeluaran
wisatawan (pengeluaran wisatawan), 'faktor pengganda', dan keterkaitan
pembangunan. Konsep faktor pengali adalah bahwa pengeluaran wisatawan dapat
dilakukan secara langsung (primer): misalnya, pembelian barang dan jasa, dan
secara tidak langsung (sekunder): mis. penyediaan lapangan kerja yang
menghasilkan peningkatan pendapatan lokal.
2. Sinergisme antara ekowisata dan lingkungan alam, di
mana wisatawan dan masyarakat lokal menghargai dan memahami masing-masing
masalah ekosistem dan perlunya pelestarian lingkungan.
3. Memberikan insentif kepada lembaga pemerintah, swasta
sektor dan individu yang memperkenalkan, merencanakan, dan mengelola sumber
daya alam secara berkelanjutan.
4. Memberikan pendidikan publik tentang sumber daya alam.
5. Memberikan pendidikan kepada pengunjung tentang aset
alam dan budaya di situs tujuan.
6. Menawarkan peluang penelitian.
7. Memberikan peluang kerja kepada masyarakat lokal, dan
8. Mengembangkan daerah yang kurang berkembang.
Berdasarkan kegiatan pengembangan ekowisata, dampak ini muncul dari
berbagai aspek termasuk aspek fisik, biologis, ekonomi, sosial, budaya dan
politik. Untuk aspek fisik dan biologis dari lingkungan alam, pengembangan
ekowisata menyarankan setiap peluang dalam mendorong suksesi ekosistem ke dalam
ekosistem buatan manusia. Dalam pengembangan berskala besar, suksesi terjadi
dalam ekosistem secara keseluruhan dan tiba-tiba. Adapun dampak sosial, ekonomi
dan budaya terhadap perubahan gaya hidup tradisional dan pendapatan masyarakat
setempat.
Dalam aspek sosial-ekonomi, menurut Noferi (2007) dalam penelitiannya,
kegiatan ekowisata di Danau Maninjau juga meberikan dampak pada mata
pencaharian masyarakat setempat, pendapatan, pekerjaan dan kesehatan
masyarakat. Kegiatan pariwisata telah menyebabkan dampak sosial ekonomi di
masyarakat lokal Kabupaten Jayapura. Dampak positif dari kegiatan pariwisata
dalam hal sosial ekonomi adalah peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan
peningkatan lapangan kerja di pedesaan. Sebaliknya, ada dampak negatif, seperti
degradasi ekosistem karena pengembangan objek wisata dan konflik sosial yang
melibatkan masyarakat lokal (Lumintang, 1996).
Setiap kegiatan ekowisata telah
berdampak pada berbagai aspek lingkungan alam. Terjadinya perubahan dalam aspek
biologis, fisik, sosial, ekonomi dan budaya adalah dampak dari kegiatan wisata.
Oleh karena itu semua pihak harus lebih peduli tentang menjaga kelestarian
alam: belajar untuk mengetahui dan memahami lingkungan alam, memperluas
kesempatan kerja dan melibatkan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan.
REFERENCE
Roe,
D. , N. Leader-Williams and B. Dalal Clayton. 1997. Take Only Photographs,
Leave Only Footprints : The Environmental Impacts of Wildlife Tourism. IIED
Wildlife And Development Series No. 10.
Anonim.
1995. Peluang Pengembangan Pariwisata Alam Di Kawasan Pelestarian.
Direktorat BKPA. Ditjen PHPA. Bogor
Musanef.
1995. Manajemen Usaha Pariwisata Di Indonesia. Gunung Agung. Jakarta.
Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan
Destinasi Pariwisata. Universitas Indonesia. Jakarta
Noferi,
I. 2007. Dampak Sosial Ekonomi dari Pencemaran Danau Maninjau (Studi Kasus
di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam). Tesis, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Lumintang,
O. M. 1996. Dampak Industri Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Jayapura (1962 - 1994). Tesis,
Universitas Indonesia Jakarta
Dampak Ekowisata Terhadap Lingkungan, Sosial dan Ekonomi
Reviewed by Deni Perdana
on
9:32 AM
Rating:
No comments: